Isnin, 26 Disember 2011

Di manakah kecantikan wanita solehah sebenarnya?


Di manakah kecantikan wanita solehah sebenarnya?

Terdapat sembilan keistimewaan wanita solehah yang tidak dimiliki oleh wanita-wanita yang lain. Dengan menghayati sembilan perkara wanita solehah akan memiliki kecantikan yang sebenar.

Pertama : Menundukkan pandangan (ghadhdul bashar) kepada yang bukan mahramnya, nescaya hati dan jiwa akan semakin bening dan jernih.

Allah S.W.T. berfirman maksudnya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya" (Surah an-Nur ayat 30-31)

Kedua : Sentiasa bersikap jujur, nescaya akan menjadi semakin manis.

Daripada Abdullah bin Masud r.a. katanya sabda Nabi S.A.W. maksudnya : "Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada syurga. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku jujur hingga ia disebut siddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedang dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (zalim) dari perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku dusta hingga ia disebut pendusta besar." (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim dan Tirmizi).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang maksudnya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur)" (Surah At-Taubah ayat 119).

Dalam ayat lain, Allah S.W.T. berfirman, yang maksudnya: “Jikalau mereka jujur kepada Allah, nescaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka” (Surah Muhammad ayat 21)

Ketiga : Rasa malu yang lahir daripada Iman.

Daripada Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Iman mempunyai lebih daripada enam puluh cabang. Adapun malu adalah salah satu cabang dari cabang iman."
(Hadis riwayat Imam al-Bukhari)

Nabi SAW bersabda yang bermaksud: “Sifat malu itu akan menghasilkan kebaikan.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Sifat malu adalah sifat yang terpuji. Dengan memiliki sifat ini seseorang wanita solehah akan terlepas daripada segala kejahatan kerana adanya sifat ini akan terhindarlah segala keburukan. Dengan sifat malu juga akan meningkatkan darjat keimanannya.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata : “Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, nescaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”

Keempat : Sentiasa beristighfar yang menghilangkan semua dosa dan kesalahan yang di lakukan.

Istighfar merupakan syiar para nabi dan rasul, tidak ada seorang Nabipun yang tidak beristighfar dan selalu mengajak umatnya untuk beristighfar. Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa beristighfar atas dosa yang telah mereka perbuat sepertimana firman Allah S.W.T. dalam surah al-Araf ayat 23 maksudnya :" Keduanya berkata "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, nescaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".

Sabda Nabi SAW maksudnya : "Barangsiapa mengucapkan 'Astaghfirullahal Adzim aladzi laa ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaihi' akan diampuni dosa-dosanya, meskipun pernah lari dari medan peperangan" (Hadis Riwayat Al Hakim)

Kelima : Sentiasa menjaga kehormatan diri dan menutup aurat.

Wanita solehah dalam perjalanan harian kehidupannya penuh dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah S.W.T. Sentiasa menjaga kehormatan diri, menutup aurat, cukup berhati-hati di dalam percakapan, pergaulan dan tidak menimbulkan fitnah dan syak wasangka.

Nabi SAW bersabda yang bermaksud " Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan itu adalah wanita solehah. " (Hadis Riwayat Muslim)

Sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud : "Apabila seorang wanita (isteri) itu telah melakukan sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, menjaga maruahnya dan mentaati perintah suaminya, maka ia dijemput di akhirat supaya masuk syurga mengikut pintunya mana yang ia suka (mengikut pilihannya)."

(Hadis Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani)

Firman Allah SWT maksudnya :"...Dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung". (Surah An.Nur ayat 31)

Keenam : Sentiasa bersifat tawaduk dan membina rasa ukhwah.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala maksudnya : "(Mereka) keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka..." (Surah al-Fath ayat 29)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyuruh Nabi-Nya dengan firman-Nya yang bermaksud : "dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, iaitu orang-orang yang beriman." (Surah Asy-Syu'ara ayat 215)

Nabi SAW bersabda maksudnya : "Maukah kamu aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan di akhirat? Memberi maaf orang yang menzalimimu, memberi orang yang menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu”
(Hadis Riwayat Baihaqi)

Dalam hadis yang lain Nabi SAW bersabda maksudnya : “Maukah kamu aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada solat dan puasa?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menyambungkan berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal soleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

Ketujuh : Mengelakkan fitnah untuk menjaga kesucian diri .

Dari Abu Malih Al- Hudzli : Kaum perempuan kota Himsh atau penduduk Syam menemui Aisyah. lalu Aisyah berkata " Kamu adalah kaum perempuan yang masuk ke kamar mandi. padahal, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda maksudnya : "Siapa saja perempuan yang meletakkan pakaiannya bukan di rumah suaminya, Allah akan membuka aibnya"
( Hadis Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Hakim )

Abu Hurairah r.a pun menyebutkan, ketika turun ayat al- Mula'anah ( tentang suami-isteri yang saling melaknat kerana tuduhan perbuatan serong ) Rasulullah SAW. bersabda maksudnya : " Siapapun perempuan yang menemui suatu kaum yang bukan kerabatnya, ia akan tidak memperoleh apapun dari Allah SWT dan Dia tidak akan memasukkannya ke syurga "

Dari Aisyah ra berkata : “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki beberapa kelebihan. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak pernah melihat wanita lain yang lebih baik daripada wanita kaum Anshar dalam hal keimanannya terhadap kitabullah dan apa-apa yang diturunkan-Nya. Ketika turun surat An-Nur, pada potongan ayat (yang artinya) : Dan hendaknya mereka memakai tudung sampai menutupi dada mereka. Maka saat itu pula para suami membacakan kepada anak-anak perempuan, saudara-saudara perempuan dan kerabat-kerabatnya setelah dibacakan, maka tidak ada satu wanita pun kecuali mereka memakai tudung (jilbab) lalu mereka melipatkannya di atas kepala mereka. Hal itu dilakukan kerana kepercayaan dan keimanan mereka terhadap apa yang telah diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Kemudian tatkala mereka berada di belakang Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam , mereka terlihat sudah mengenakan jilbab. Seolah-olah di atas kepala mereka ada seekor burung ghirban.”

Hadis di atas menunjukkan contoh perempuan yang tidak menjaga diri daripada perkara-perkara yang boleh mendatangkan fitnah yang akan menjerumuskan pada fitnah yang lebih besar. Semoga semua para wanita senantiasa menjaga kesucian diri mereka dan elakkanlah segala bentuk fitnah yang mungkin boleh berlaku tanpa disedarinya.

Fitnah dizaman morden ini adalah berhati-hati di dalam perhubungan dengan lelaki yang bukan mahram di alam maya samaada melalui facebook atau blog atau hubungan telifon bimbit dan mengelakkan meletakkan gambar-gambar peribadi yang mungkin boleh disalah gunakan oleh mereka yang telah rosak akhlaknya.

Kelapan : Sentiasa berwuduk nescaya akan bercahaya wajahnya di hari akhirat.

Nabi SAW. bersabda maksudnya : "Umatku akan tampil pada hari kiamat dengan wajah bersinar tangan serta kakinya berkilauan dari bekas-bekas wuduk."

Kesembilan : Sentiasa menimba ilmu yang bermanfaat

Nabi SAW bersabda yang maksudnya, ”Barangsiapa menuntut ilmu bererti menuntut jalan ke syurga”. (Hadis Riwayat Muslim)

Wanita solehah mengharapkan balasan syurga daripada Allah SWT sebagai ganjaran paling tertinggi dan paling dikehendakinya. Maka wanita solehah akan sentiasa belajar dan menuntut ilmu yang bermanfaat samaada ilmu fardu ain atau fardu kifayah, kerana sesiapa yang menutut ilmu akan dinaungi dan didampingi oleh para malaikat dan mendapat rahmat daripada Allah SWT. Malah kelebihan belajar ini diperkukuh dengan hadis riwayat Ibn Abdul Barr dan Ibn Majah, Nabi SAW bersabda maksudnya, “Belajar satu bab daripada ilmu lebih baik dari sembahyang (sunat) seratus rakaat”.
BISMILLAHIROHMANIROHIM...

Sahabat yang dimuliakan,

Wahai wanita solehah! Apabila piala hati kalian telah dipenuhi kecintaan dan kesetiaan yang mendalam kepada Allah, barulah mudah fizikal dan akal diarah untuk melakukan sebarang bentuk kebaktian. Sesungguhnya kebaktian yang utama dilakukan oleh wanita solehah yang sedar ialah membantu agama Allah supaya syariat Islam mewarnai seluruh hidup insan. Setiap saat seluruh tenaga akan digembeling untuk menyebarkan seruan keyakinan supaya setiap anggota masyarakat menepati tujuan manusia diciptakan.

Oleh itu berhati-hatilah didalam menjalani kehidupan ini, hiasilah akhlak kalian dengan sembilan perkara seperti yang dinyatakan di atas. Jangan kecundang dengan tipu daya dunia dan terpengaruh dengan pujuk rayu anak Adam. Sekiranya kalian kekal dengan status wanita solehah insya Allah pasti kalian akan mendapat kebahagiaan di dunia dan mendapat kemuliaan di hari akhirat. Yakinilah bahawa kalian bakal menjadi ketua bidadari di syurga yang lebih cantik daripada bidadari bermata jeli!

~JAGA 7 SUNNAH RASUL~


JAGA 7 SUNNAH RASUL

Cerdasnya orang yang beriman adalah, dia yang mampu mengolah hidupnya yang sesaat, yang sekejap untuk hidup yang panjang. Hidup bukan untuk hidup, tetapi hidup untuk Yang Maha Hidup. Hidup bukan untuk mati, tapi mati itulah untuk hidup.

Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan lupakan mati, tapi rindukan mati. Kerana, mati adalah pintu berjumpa dengan Allah SWT. Mati bukanlah cerita dalam akhir hidup, tapi mati adalah awal cerita sebenarnya, maka sambutlah kematian dengan penuh ketakwaan.

Hendaknya kita selalu menjaga tujuh sunnah Nabi setiap hari. Ketujuh sunnah Nabi SAW itu adalah:

Pertama: Tahajjud, kerana kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.

Kedua: Membaca Al-Qur’an sebelum terbit matahari Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, sebaiknya mata membaca Al-Qur’an terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.

Ketiga: Jangan tinggalkan masjid terutama di waktu shubuh. Sebelum melangkah kemana pun langkahkan kaki ke masjid, kerana masjid merupakan pusat keberkahan, bukan kerana panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.

Keempat: Jaga solat dhuha, kerana kunci rezeki terletak pada solat dhuha.

Kelima: Jaga sedekah setiap hari. Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.

Keenam: Jaga wudhu terus menerus kerana Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib, “Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu solat walau ia sedang tidak solat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya Allah”.

Ketujuh: Amalkan istighfar setiap saat. Dengan istighfar masalah yang terjadi kerana dosa kita akan dijauhkan oleh Allah.

Zikir adalah bukti syukur kita kepada Allah. Bila kita kurang bersyukur, maka kita kurang berzikir pula, oleh kerana itu setiap waktu harus selalu ada penghayatan dalam melaksanakan ibadah ritual dan ibadah ajaran Islam lainnya. Zikir juga merupakan makanan rohani yang paling bergizi, dan dengan zikir berbagai kejahatan dapat ditangkal sehingga jauhlah umat manusia dari sifat-sifat yang berpangkal pada materialisme dan hedonisme.

“Wahai tuhan ku, aku tak layak kesyurgamu …namun tak pula aku sanggup keNerakamu……..,kami lah hamba yang mengharap belas darimu ……..Ya Allah jadikan lah kami hamba2 mu yang bertaqwa……ampunkan dosa2 kami, kedua ibubapa kami, dosa semua umat2 islam yang masih hidup mahupun yang telah meninggal dunia”

Ka’ab bin Ujrah r.a. berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: Akan datang di kemudian hari nanti, setelah aku tiada; beberapa pemimpin yang berdusta dan berbuat aniaya. Maka barang siapa yang membenarkan kedustaan mereka dan membantu (mendukung) tindakan mereka yang aniaya itu, maka ia bukan termasuk umatku, dan bukanlah aku daripadanya. Dan ia tidak akan dapat sampai datang ke telaga (yang ada di syurga). – Riwayat Tirmidzi, Nasae’i dan Hakim.

sumber: http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.islamituindah.my%2Fjaga-7-sunnah-rasul&h=4AQGfSs_H

Rabu, 21 Disember 2011

Bersediakah Anda Menjadi Suami???


Kebiasaan masyarakat kita apabila disebut persediaan menjadi suami, mereka menyangka ia adalah memiliki sijil pengajian tinggi, paling kurang diploma. Sudah memiliki kerjaya dengan gaji bulanan minima RM2500, diikuti dengan sebuah rumah dan kereta. Tidak ketinggalan, wang tunai berjumlah RM30,000 untuk urusan perkahwinan seperti duit hantaran, dulang-dulang hantaran, cincin dan belanja kenduri kahwin. Jika seorang lelaki belum memiliki semua ini, dia belum layak untuk bergelar suami.

Namun dalam Islam, ukuran persediaan untuk menjadi suami bukanlah seperti di atas. Persediaan untuk menjadi suami lebih tertumpu kepada kualiti lelaki tersebut dan inilah yang akan diperincikan dalam kolum bulan ini.

Kepimpinan.

Persediaan terpenting ialah bakal suami perlu mengetahui bahawa dia memiliki tanggungjawab sebagai pemimpin ke atas keluarganya. Allah berfirman:

Kaum lelaki itu adalah pemimpin dan pengawal yang bertanggungjawab terhadap kaum perempuan, oleh kerana Allah telah melebihkan orang-orang lelaki (dengan beberapa keistimewaan) atas orang-orang perempuan. - [al-Nisa’ 4:34]

Sebagai pemimpin, bakal suami hendaklah memiliki ilmu rumahtangga, akhlak yang menterjemah teori kepada praktikal, disiplin yang tinggi serta wawasan yang luas. Jika sebelum ini pernah menjadi pemimpin, seperti pemimpin kelab, persatuan, rombongan atau jabatan, maka ia adalah pengalaman yang boleh dikembangkan dalam kepimpinan rumahtangga.

Bagi yang belum pernah, maka alam rumahtangga adalah suasana yang baik untuk mula melatih diri menjadi pemimpin. Terasa sukar? Jangan bimbang. Lantiklah isteri anda menjadi timbalan pemimpin untuk bersama-sama saling membantu mengemudi bahtera rumahtangga.

Di sini perlu diingatkan bahawa kepimpinan anda sentiasa dicatit markahnya oleh malaikat di bahu kanan dan kiri. Oleh itu berwaspadalah, jangan menjadi pemimpin yang ego dan zalim. Setiap langkah dan ciri kepimpinan anda akan dipersoalkan semula oleh Allah pada Hari Akhirat kelak.



Ketegasan.

Lanjutan dari ciri seorang pemimpin, bakal suami hendaklah tegas dalam membimbing isteri. Kelak apabila dianugerahkan cahaya mata, suami juga hendaklah tegas dalam membimbing anak-anak. Allah mengingatkan:

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya ada di antara isteri-isteri kamu dan anak-anak kamu yang menjadi musuh bagi kamu; oleh itu awaslah serta berjaga-jagalah kamu terhadap mereka.

Dan kalau kamu memaafkan dan tidak marahkan (mereka) serta mengampunkan kesalahan mereka (maka Allah akan berbuat demikian kepada kamu), kerana sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. - [al-Taghabun 64:14]

Oleh itu dalam institusi perkahwinan, suami adalah pemimpin dan bukan yang dipimpin, penjaga dan bukannya dijaga serta pengawal dan bukannya dikawal. Namun ketegasan bukanlah bererti bengis dan menakutkan, sebaliknya hendaklah bersikap …memaafkan dan tidak marahkan (mereka) serta mengampunkan kesalahan mereka.



Pemelihara Dari Api Neraka.

Suami merupakan pemelihara agar ahli keluarga tidak masuk ke dalam api neraka. Firman Allah:

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka yang bahan-bahan bakarannya: Manusia dan batu (berhala); Neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya); mereka tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan. - [al-Tahrim 66:06]

Justeru anda perlu melengkapkan diri dengan ilmu-ilmu agama dan seterusnya mendidik ahli keluarga serta memastikan mereka mempraktikannya. Lebih penting, anda hendaklah paling kehadapan dalam mempraktikkan ilmu-ilmu agama tersebut. Jangan sekadar menyuruh ahli keluarga mendirikan solat tetapi anda tidak solat, jangan sekadar menyuruh ahli keluarga menutup aurat tetapi anda mendedahkan aurat. Allah memberi amaran:

Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu memperkatakan apa yang kamu tidak melakukannya! Amat besar kebenciannya di sisi Allah kamu memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya. - [al-Saff 61:2-3]



Memberi Nafkah.

Termasuk persediaan menjadi suami ialah kesedaran bahawa anda merupakan sumber kewangan rumahtangga. Justeru anda bertanggungjawab menyediakan nafkah tempat tinggal, keperluan asas dalam tempat tinggal, pakaian, makanan dan minuman kepada ahli keluarganya. Anda juga bertanggungjawab ke atas kesihatan dan perubatan ahli keluarga seandainya mereka jatuh sakit.

Meskipun nafkah rumahtangga berada di atas bahu suami, ini tidaklah bererti suami mesti memiliki pendapat minima yang tertentu jumlahnya. Setiap suami memiliki kemampuan kewangan yang berbeza dan setiap suami berbelanja untuk ahli keluarganya pada kadar kemampuannya. Tidak ada nilai minimum atau maksimum untuk kadar nafkah ini.

Allah berfirman:

Hendaklah orang (suami) yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya dan sesiapa yang di sempitkan rezekinya, maka hendaklah dia memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah kepadanya (sekadar yang mampu). - [al-Thalaq 65:07]

Demikianlah beberapa kualiti yang perlu ada pada seorang lelaki untuk dia menjadi seorang suami. Perhatikan bahawa kualiti-kualiti ini tidak ada ukuran minimum dan maksimum atau batasan tertentu bagi menentukan layak atau tidak. Ia adalah kualiti yang nilainya relatif, ia akan bertambah apabila anda berusaha untuk memperbaikinya dan akan berkurang apabila anda mengabaikannya.

Justeru lelaki yang sudah bersedia menjadi suami ialah lelaki yang mengetahui kualiti-kualiti ini, memilikinya dan berazam untuk terus memperbaikinya.

Sumber: http://www.hafizfirdaus.com/

Romantik itu Sunnah Rasulullah S.A.W


Sebut saja romantik, anak muda mula tertarik hati. Mungkin yang diketahui romantik sesama ‘couple’…No..No..No..ini romantik sesama pasangan suami isteri.. Apa lagi…Jom ramai-ramai kita pakat kahwin. Isy..Isy..best oo kahwin…kalau tak percaya..cubalah kahwin .

Rasulullah SAW adalah gedung segala sifat-sifat kesempurnaan yang sukar dicari tandingannya. Allah membimbing baginda dengan didikan-Nya yang terbaik. Sehingga Allah berfirman kepada baginda seraya memuji baginda di dalam surah al-Qalam ayat 4 bermaksud : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Sifat-sifat yang sempurna inlah yang membuat jiwa manusia merasa dekat dengan Rasulullah SAW. Membuatkan hati mereka mencintai baginda. Menmpatkan baginda sebagai tumpuan hati. Bahkan berapa ramai yang dahulunya bersikap keras dengan Nabi SAW berubah menjadi lembut dan akhirnya masuk Islam setelah terpanah kemuliaan akhlak dan budinya baginda Nabi SAW.

Kemuliaan ini bukan sekadar lakonan di hadapan manusia. Namun dibuktikan oleh insan pendamping baginda. Meneliti satu persatu perbuatan, pertuturan dan lenggok gayanya. Mereka ialah serikandi rumahtangga baginda Nabi SAW. Sehinggakan kemuliaan akhlak seorang suami bernama Muhammad bin Abdullah tidak dapat digambarkan oleh Aisyah RA, lalu menisbahkan akhlaknya dengan akhlak kitab suci al-Quran.

Walaupun Rasulullah seorang panglima perang, pemimpin tertinggi umat Islam, namun di sisinya terdapat nilai kasih sayang dan jalan kisah yang cukup romantis antara baginda dan isteri-isterinya. Namun berapa banyak sunnah ini dilupakan lalu suami masakini menggambarkan dirinya bagaikan pemegang kuasa keluarga yang perlu sentiasa kelihatan bengis dan penuh egois.

Siapalah kita berbanding Rasulullah SAW yang jauh kedudukannya lebih mulia dari segala manusia. Namun atas tawaduk dan romantisnya baginda membuatkan umat yang membaca kisah cinta baginda bersama isterinya seolah sedang menghayati novel cinta romantik.

Diberitakan bahawa Rasulullah pernah bermandi air cinta bersama isterinya. Dalam Sahih Bukhari diriwayatkan bahawa Aisyah berkata bahawa : “Aku sering mandi bersama Nabi Muhammad dari satu bekas air yang disebut al-faraq.” Perbuatan Nabi mandi bersama Aisyah tanpa sebarang tabir penghalang menunjukkan ianya satu sunnah. Terutamanya setelah melakukan hubungan intim sesama pasangan.

Romantik gaya Rasulullah SAW boleh diteladani. Walaupun hidup suami isteri masa kini sentiasa disibukkan dengan pekerjaan. Kita juga boleh mengambil sunnah-sunnah romantik Rasulullah SAW bermula dari sebelum keluar bekerja.

Sebagai contoh menghantar isteri ketika hendak keluar rumah seperti yang dilakukan oleh Nabi SAW kepada isterinya Shafiyyah binti Huyay sehinggakan Nabi SAW berkata “Jangan terburu-buru hingga aku mengiringimu (menemani sampai ke pintu)”. Hadis Bukhari dan Muslim. Bahkan Nabi SAW turut membantu isterinya menaiki kenderaan. Di dalam Sahih Bukhari dan Muslim menceritakan bahawa “Nabi Muhammad SAW duduk di sisi unta baginda. Kemudian baginda menekukkan lututnya. Lalu isteri baginda Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut Nabi Muhammad SAW hingga naik atas unta”. Bukankah ini sesuai dipraktikkan dengan membuka pintu kepada isteri seperti zaman memikat isteri dahulu. Ataupun sekali sekala membonceng isteri di belakang seperti dalam riwayat Bukhari yang menyatakan Anas bin Malik menceritakan bahawa ketika pulang dari perang Khaibar salah seorang isteri Rasulullah membonceng di belakangnya.

Apabila waktu cuti hujung minggu atau di malam hari, bawalah isteri bersiar-siar. Ini bukanlah sekadar tips dari seorang pakar motivasi. Namun ianya merupakan suatu sunnah romantis Nabi SAW bersama isterinya. Diberitakan dalam Sahih Bukhari dan Muslim bahawa “Rasulullah apabila datang waktu malam, baginda berjalan bersama Aisyah dan berbincang-bincang dengannya”. Malah apabila baginda ingin keluar baginda akan mengundi siapa yang akan menemaninya untuk keluar bersama. Malah Rasulullah juga membawa Aisyah untuk makan bersama di luar. Sehinggakan suatu ketika Nabi pernah menolak pelawaan jirannya yang berbangsa Parsi untuk makan di rumah mereka sekiranya isterinya Aisyah RA tidak turut diundang bersama. (Hadis riwayat Muslim) Untuk menambahkan romantis terhadap isteri, disarankan suami menyuap sendiri makanan ke mulut isterinya. Sepertimana dalam sahih Bukhari dan Muslim sabda Nabi SAW : “Sesungguhnya apapun yang kamu nafkahkan, maka hal itu adalah sedekah hingga suapan yang kamu suapkan ke mulut isterimu.” Walaupun hadis ini berkisar tentang pemberian nafkah, namun bukankah menjalin ikatan romantik antara suami isteri itu satu tuntutan.

Romantik sesama suami isteri ini semakin malu untuk diamalkan. Mungkin bagi yang sudah lama berkahwin akan bertambah rasa jelik bermadu kasih dengan isterinya. Namun jika diteliti, sebenarnya sikap romantis ini adalah datang dari Nabi SAW. Sayang apabila kita lebih malu mengamalkan sunnah romantis sesudah berkahwin sedangkan kita tanpa segan silu melakukannya sebelum ianya dihalalkan.

Sebenarnya, gambaran seorang suami yang garang dan bengis bukanlah suatu yang datangnya dari agama. Nabi SAW tidak mendidik para isteri untuk takut kepadanya. Namun didikan sebagai pemimpin rumahtangga yang hebat membuatkan rasa takut itu bertukar menjadi lebih menghormati. Nikmat suasana percintaan itu lebih dihargai apabila suami turut meluang masa bergurau senda dan bermesra seakan-akan baru sehari diijabkabulkan.

Belaian terhadap isteri dapat memupuk kasih antara sesama pasangan. Nabi SAW dalam satu riwayat Ahmad berkata bahawa “ Rasulullah tidaklah setiap hari melainkan baginda selalu mengunjungi isteri-isterinya seorang demi seorang. Rasulullah menghampiri dan membelai mereka secara bergantian”. Adakalanya romantisnya Nabi SAW sehinggakan beliau sengaja bermanja dengan menyandarkan kepalanya kepangkuan isterinya sepertimana yang dipertuturkan Aisyah RA dalam Sahih Bukhari bahawa “Nabi SAW membaca al-Quran (mengulang hafalan) dan kepalanya berada di pangkuanku sedangkan aku dalam keadaan haid”. Bahkan amalan ini berlarutan sehingga detik-detik akhir hayat Rasulullah SAW. Aisyah berkata “ Ketika maut menghampiri Rasulullah SAW, kepala baginda berada diatas pahaku.”Ada suatu hari ketika Aisyah sedang asyik menyaksikan kanak-kanak bermain bersama ibu mereka, datang baginda Nabi SAW mengangkat Aisyah. Lalu baginda mendukung Aisyah di belakang beliau. Aisyah menuturkan bahawa : “Baginda mendirikanku di belakang dan pipiku di atas pipi baginda. Ku letakkan bahuku di atas bahu Rasulullah SAW”. (Bukhari dan Muslim). Begitu juga isteri Nabi SAW sentiasa mendapat kucupan mesra daripada Nabi SAW ketika ingin pergi ke masjid.

Rasulullah bukan seorang yang kaku dan keras. Ia juga seorang manusia yang mempunyai emosi tersendiri. Pemergian baginda telah membuatkan kehangatan rasa rindu di kalangan isterinya. Dikala isteri kesunyian, hadirnya mengungkap keriangan. Sewaktu isteri dalam kedukaan, baginda bukanlah sekadar pemerhati. Namun baginda juga sebagai ubat kedukaan dan kesakitan. Diriwayatkan dari Aisyah bahawa : Nabi Muhammad SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Baginda akan menjadi orang yang sangat lembut dan paling banyak menemani ketika isterinya sakit.” (Bukhari dan Muslim) Hadirnya Nabi SAW mengubat hati para isteri.

Baginda paling banyak bergurau senda bersama isterinya. Suatu hari datang Saodah (salah seorang isteri Nabi SAW) kerumah Aisyah. Lalu Nabi SAW duduk diantara Aisyah dan Saodah dan meletakkan kaki beliau diatas pangkuan mereka. Ketika Aisyah menjemput Saodah makan, ia menolaknya kerana tidak berselera. Lalu Aisyah berkata : “(Demi Allah), makanlah atau aku akan mengotori wajahmu”. Saodah menolak dengan berkata : Aku tidak akan memakannya”.Lalu Aisyah mengambil makanan dan disapukan ke wajah Saodah. Rasulullah SAW tertawa. Kemudian Rasulullah menyuruh Saodah membalas semula dengan mengotori wajah Aisyah. Setelah Saodah mengotori wajah Aisyah, Rasulullah terus tertawa. (an-Nasai’e, Ibn Abi Dunya) Kisah ini merupakan senda gurau Nabi SAW bersama isteri-isterinya. Pernah juga Rasulullah memujuk Aisyah untuk menghilangkan marahnya dengan sengaja memegang hidung Aisyah seperti dalam riwayat Ibnu Sunni.

Begitu romantisnya rumahtangga Rasulullah SAW. Mungkin inilah rahsia cinta sejati yang kekal ke akhir hayat Nabi SAW. Beramah mesra, bergurau senda, belaian dan sentuhan. Sehinggalah ayat-ayat cinta terukir dari bibir seorang Nabi dengan memanggil panggilan manja terhadap isterinya. Suara indah memanggil “Ya Humaira” kepada Aisyah yang bermaksud “Wahai si putih kemerah-merahan atau Mawar merah”. Membuatkan ikatan itu lebih intim. Adakalanya Nabi SAW memanggil Aisyah dengan singkatan manja “Ya Aisy” yang bermaksud kehidupan ketika mana beliau menyampaikan salam daripada Malaikat Jibril untuk Aisyah RA. Dengan membuang huruf terakhir itu menunjukkan besarnya rasa cinta, kemanjaan dan kesayangan yang ditonjolkan dari Nabi SAW.

Sesungguhnya bersikap romantis sesama isteri itu adalah sunnah Nabi SAW. Kita berharap dengan sunnah ini dapat memupuk ikatan yang lebih erat antara sesama pasangan. Bukanlah sunnah ini suatu yang perlu dimalukan untuk diamalkan. Kepada suami, ayuh mengikut petunjuk Nabi dalam berkasih sayang sesama isteri. Andai isteri berasa pelik dari mana datangnya sikap romantis seorang suami. Adakah suami baru sahaja selesai menamatkan buku novel cinta Romeo dan Juliet. Jawablah dengan manja. Romantis ini bukan dari novel biasa, namun romantis ini datangnya daripada hadis Nabi SAW.


Sumber: http://www.imamudasyraf.com/